Sejarah
Para tokoh masyarakat mulai berpikir, bagaimana cara mewujudkan sebuah SMA di Samarinda, termasuk dimana daerah yang cocok, pengelolanya, pengajarnya, pemimpinnya dan lain-lain, sehingga dibentuklah satu tim untuk merumuskan masalah ini.
70+
Tahun Sejarah dan Pendidikan
Achmad Yusuf menjabat sebagai Ketua dari unsur partai politik (Masyumi), sementara Enci Burhan sebagai Sekretaris dari unsur pemerintahan. Enci Abdurahim berperan sebagai Bendahara, juga dari unsur pemerintahan. Aji Bambang Abdul Malik merupakan anggota yang berasal dari Kepala Dinas PDK, sedangkan Azis Samad mewakili unsur partai politik (PNI). Mardikun, yang saat itu menjabat sebagai Direktur SMP, turut serta sebagai anggota dari unsur pendidik.
Setelah melalui perjuangan panjang dan menghadapi berbagai tantangan, pada tanggal 14 September 1953, berdirilah sebuah SMA partikelir yang menggunakan gedung bekas asrama pelajar. Gedung ini kini telah menjadi SMA Negeri 1 Samarinda.
Pada awal berdirinya, SMA ini hanya memiliki kelas I bagian A yang dipimpin oleh Bapak Mardikun, yang saat itu juga menjabat sebagai Direktur SMP. Karena keterbatasan fasilitas, proses pembelajaran dilaksanakan pada sore hari.
Tiga tahun setelah berdiri, SMA partikelir yang berada di bawah Yayasan Dharma Bhakti ini berubah status menjadi SMA Negeri sesuai dengan surat bernomor 30/JSP/55 tanggal 11 Juni 1955. Peresmian dilakukan oleh Residen Koordinator Kalimantan Timur, Datu Maju Urang, dengan disaksikan oleh Wakil Pemerintah Daerah Istimewa Kutai, Aji Pangeran Tumenggung Pranoto.
Dalam usianya yang relatif muda, SMA Samarinda berhasil mencapai tingkat kelulusan pertama sebesar 90%. Sebagai bentuk apresiasi, Pemerintah Daerah memberikan beasiswa ikatan dinas bagi lulusan yang nantinya diharapkan kembali ke Kalimantan Timur untuk mengabdikan diri demi kemajuan daerah.
Pada tahun 1960, SMA Samarinda membuka kelas filial di Tarakan. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri P & K tanggal 30 Juli 1964 nomor 79/SK/III, kelas di Tarakan ini resmi menjadi SMA yang berdiri sendiri terhitung mulai 1 Agustus 1964. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Pendidikan Menengah Umum tanggal 30 Juli 1965 nomor 18/Dirpu/1965, sekolah ini berubah nama menjadi SMA Negeri Tarakan mulai 1 Agustus 1965.
Hingga kini, banyak alumni SMA Negeri 1 Samarinda yang telah dan masih menduduki jabatan penting, baik di daerah maupun di tingkat nasional.
Dalam perjalanannya, SMA Negeri 1 Samarinda terus berbenah demi memenuhi harapan masyarakat. Salah satu pencapaiannya adalah ditetapkannya sekolah ini sebagai salah satu dari 100 sekolah se-Indonesia yang menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Namun, status RSBI kemudian dihapus berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 5/PPU-X/2012.
Para alumni SMA Negeri 1 Samarinda juga memiliki perhatian besar terhadap pengembangan sumber daya manusia di Kalimantan Timur. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan Yayasan Melati pada Reuni Akbar dan Ulang Tahun ke-40 SMA Negeri 1 Samarinda tahun 1993. Yayasan ini resmi berdiri berdasarkan Akta Notaris H. Hardjo Gunawan, S.H. Nomor 78 tanggal 15 April 1994.
Dalam pasal 3 Akta Notaris tersebut disebutkan bahwa tujuan Yayasan Melati adalah mendirikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas “SMA Unggul” di Kalimantan Timur. Tujuan umumnya adalah menunjang Pendidikan Nasional, sedangkan tujuan khususnya meliputi:
- Penguatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Peningkatan nasionalisme dan patriotisme.
- Peningkatan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Motivasi dan komitmen dalam meraih prestasi.
- Pengembangan kepemimpinan dan kepekaan sosial.
- Penerapan disiplin yang didukung oleh kondisi fisik yang prima.
- Meningkatkan peluang masuk ke perguruan tinggi berkualitas di dalam dan luar negeri.
Makna logo Yayasan Melati, khususnya bunga melati, tidak hanya mencerminkan sejarah SMA Negeri 1 Samarinda, tetapi juga menggambarkan siswa sebagai kader bangsa yang unggul. Nama “Melati” juga diambil dari nama jalan tempat SMA Negeri 1 Samarinda dahulu berdiri, yakni Jalan Melati, yang kini bernama Jalan Bhayangkara.
Awalnya, SMA Negeri 1 Samarinda direncanakan menjadi SMA Plus. Namun, setelah mempertimbangkan berbagai aspek, rencana tersebut dibatalkan, dan SMA Negeri 10 akhirnya didirikan sebagai SMA Plus dengan nama SMA Negeri 10 Melati. Sebelum memiliki gedung sendiri, kegiatan belajar-mengajar SMA Negeri 10 Melati dilaksanakan di SMA Negeri 1 Samarinda dengan para pengajarnya berasal dari SMA Negeri 1 Samarinda pada periode 1994-1996.
Para siswa SMA Negeri 1 Samarinda juga telah meraih berbagai prestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
SMA Negeri 1 Samarinda kini telah meninggalkan lokasi lamanya di Jalan Bhayangkara dan menempati kampus baru di Jalan Drs. H. Anang Hasyim. Sejak berdiri, sekolah ini telah dipimpin oleh berbagai kepala sekolah, antara lain:
- Mardikun
- Van Der Wil
- Moenadi Arief
- Soeyadi
- Wagiman
- Dulhak Latief
- Yusuf Achutanair
- C. Usodo
- Syahraini Perwiro
- Awang Andriani
- Siti Mariyam Iskandar
- Sjahbandi
- Husinsjah
- Romansyah
- Achmadsyah
- M. Hatta
- M. Aini Yasin
- Suardi
- K. Suhariyatno
- Budiono
- I Putu Suberata (kepala sekolah saat ini)
Demikian kilas balik perjalanan SMA Negeri 1 Samarinda. Semoga sekolah ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat dan terus mencetak generasi yang cerdas secara fisik, intelektual, emosional, mental, moral, sosial, serta memiliki kecerdasan spiritual.